Wanita,
Boleh Eksis
Peringatan hari kartini
yang jatuh setiap tanggal 21 April, akan diperingati setiap orang dengan
berbeda-beda. Ada yang melaksanakan lomba peragaan busana dengan pakaian wajib
yang dikenakan yaitu kebaya dengan segala atributnya, menggambarkan sosok
Kartini. Ada pula yang memperingatinya dengan membuka seminar atau lokakarya
yang mengulas tentang Kartini dan wanita. Bentuk peringatan ini biasanya
disesuaikan dengan tingkat pendidikan yang sedang dijejaki.
Seperti, perayaan peragaan busana kebaya dilakukan oleh anak-anak SD (Sekolah Dasar). Sedangkan acara-acara seminar, biasanya dilakukan oleh mereka yang berada pada tingkat pendidikan SMP, SMA atau Perguruan Tinggi.
Seperti, perayaan peragaan busana kebaya dilakukan oleh anak-anak SD (Sekolah Dasar). Sedangkan acara-acara seminar, biasanya dilakukan oleh mereka yang berada pada tingkat pendidikan SMP, SMA atau Perguruan Tinggi.
Kartini tentu
disandarkan terhadap sosok wanita dengan keberanian dan kemampuannya mengubah
harkat dan martabat wanita menjadi lebih diakui. Mengapa demikian? Jika menukik
pada sejarah masa lalu saat penjajahan terhadap NKRI ditancapkan oleh para
penjajah yang menginjak-injak harkat dan martabat seluruh rakyat Indonesia,
termasuk wanita sendiri, Kartini bangkit bersama seluruh pejuang untuk
memerdekakan hak-hak mereka dan hak seluruh masyarakat Indonesia sebagai
pribumi.
Tonggak perjuangan
kartini yakni menjungjung tinggi pengakuan dan menuntut akan kehormatan bagi
para wanita saat itu. Kartini mulai belajar banyak hal, belajar berbagai
disiplin ilmu pengetahuan. Hingga pada akhirnya Kartini dapat meletuskan puncak
perjuangannya yang dikenal dengan istilah
emansipasi wanita atau kebebasan wanita dalam mengembangkan diri.
Dari situlah awal
munculnya berbagai perlindungan terhadap hak-hak wanita. Apalagi setelah
kemerdekaan RI yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945, hak-hak wanita bahkan
dilindungi dalam undang-undang. Dengan perlindungan undang-undang ini,
seharusnya secara ideal wanita dapat merasa aman dimanapun dia berada. Dan
diharapkan, tidak kemudian dipandang sebelah mata oleh kaum pria .
Peran
wanita
Modern ini, wanita
memang terlihat sudah mampu berkembang. Bahkan di berbagai sektor kehidupan,
seperti ekonomi, politik, sosial budaya pendidikan, maupun pers. Ini adalah
salah satu wujud konkret wanita dapat menunjukan taringnya disamping eksistensi
kaum laki-laki. Pada dasarnya, implementasi dari berkecimpungnya wanita di
berbagai sektor tersebut itu menandakan bahwa wanita tumbuh menjadi seseorang
yang menggedepankan karir. Padahal, secara kodrati tugas wanita adalah sebagai
ibu yang wajib mendidik dan membesarkan anak-anaknya dengan benar dan baik.
Disamping itu semua,
anata karir dan menjadi ibu rumah tangga tetap menjadi sebuah pilihan. Tak
sedikit pula wanita yang sukses berkarir di dunia politik, ekonomi, sosial
budaya, pendidikan, maupun pers, dapat pula dengan berhasil mencetak anak yang berkualitas.
Namun, dari sekian banyak hanya sedikit yang dapat mewujudkan hal seperti itu.
Para wanita karir yang
ingin mengeksplorasi bakat dan kemampuan di bidangnya masing-masing, mempunyai
trik dan strategi tersendiri antara membagi waktu untuk mengurus buah hatinya
dan mengurus pekerjaanya. Strategi ataupun trik yang mereka jalankan tentu
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Namun, disamping manajemen yang baik,
masih saja ada satu titik kelelahan yang dirasakan oleh wanita, sehingga kewalahan
pun akan serta merta menimpa diri wanita.
Wanita
di Media
Bukan lagi sebuah
rahasia jika wanita banyak berperan aktif di lingkungan lembaga pers atau media,
baik itu menjadi redaktur, wartawan ataupun bagian lain yang ada di dunia pers
dan jurnalistik. Ini menandakan bahwa wanita masih boleh eksis. Bagi para
wanita yang terjun di dunia ini memandang bahwa semua yang dijalninya saat ini
adalah tantangan menarik. Bagi mereka dunia wartawan atau jurnalistik, bukanlah
dunia yang mudah untuk digeluti Selain fisik, mental pun menjadi taruhannya, apalagi
untuk wanita.
Kerja seorang jurnalis
itu tidaklah seperti kerja seorang sekretaris, yang dengan teduh memandangi
layar komputer setiap harinya. Kerja seorang wartawan adalah di lapangan, yang
setiap harinya bertemu dengan orang yang berbeda dan peristiwa yang berbeda.
Tentu inilah yang membuat hidup wanita jurnalisik menjadi berwarna
Namun, disamping itu
semua tentu akan mendapat beberapa kendala. Seperti, larangan dari suami
ataupun mempertimbangan anak. Sebab, kerja wartawan bisa disebut ekstrim ketika
wartawan wanita harus dihadapkan pada suatu situasi yang memaksa dirinya untuk
meliput ke luar daerah dalam jangka waktu yang tidak sebentar dan menangani
kasus yang bisa saja mempertaruhkan nyawa wartawan itu sendiri. Terkadang, itu
masih banyak dipertimbangkan oleh wanita yang berkecimpung di dunia
jurnalistik.
Masih di dalam dunia
media, menurut Hj. Neneng Athiatul F,
S.Ag.,M.IKom antara wanita dan media ibarat
dua sisi mata uang yang tak bisa di pisahkan, keduanya memiliki kaitan erat
yang berjalin saling melengkapi. Disamping itu wanita banyak yang memanfaatkan
jasa media massa demi meningkatkan popularitasnya. Itulah fenomena nyata yang
dialaami media saat ini. Dia menyebutkan wanita saat ini sudah berani mengumbar
auratnya untuk sebuah popularitas, dan media sendiri tidak dapat memberikan
teguran atau sekedar punya aturan tentang hal tersebut.
Dengan demikian bebasnya wanita memamerkan aurat berdampak pada
meningkatnya perilaku kejahatan terhadap wanita itu sendiri. Jika begini
jadinya, apakah wanita saat ini memang sudah merdeka? Menurut saya, kemerdekaan
wanita ada pada saat dia dapat menjaga dirinya sendiri, dengan menghindari
hal-hal yang akan memicu kejahatan terhadap dirinya. Seperti, tidak memamerkan
auratnya.
Sampai saat ini munkin wanita masih menjadi isu atau topik pembicaraan
yang tidak akan basi untuk dibahas, terutama dari sisi kejahatan terhadap
wanita. Dr. Hj. Sri Kusumah Wardhani SH. M.H mengungkapkan bahwa masih banyak
kasus kejahatan yang menimpa kaum wanita. Banyak faktor yang mebuat kejahatan
terhadap wanita semakin merajarela. Sebenarnya jika mau, kejahatan itu dapat
diminimalisir atau bahkan dihindari. Namun, sepertinya kesadaran akan keamanan
dirinya sendiri pun wanita masih perlu banyak pertimbangan.
Idealnya, perjuangan tentang emansipasi wanita bukan hanya ada pada
kekebasan wanita dalam berkarya atau berkarir, tetapi dalam keamanan dan
perlindungannya dari segala bentuk kejahatan wanita yang dipandang sangat perlu
untuk segera diselesaikan. Kuncinya, mungkin adalah kesadaran dari diri wanita
sendiri, kesadaran bahwa kehadiran wanita di dunia ini sangat penting, sebab tunas-tunas
bangsa akan lahir dari seorang wanita.
Posting Komentar